Sabtu, 31 Agustus 2013

Pencitraan

Oke, langsung gua mulai aja cerita gua tentang kota pencitraan, eh salah maksud gua kota tepian. Mungkin sebagian dari kalian bertanya-tanya "apaan sih kota tepian itu?" Kalo yang gak bertanya tanya ya udah gak usah lanjutin baca tulisan gua ini. (thats simple meen!)
Oke tepian adalah sebutan atau nama belakang atau apalah gua juga ngasal sih men. Oke kota yang gua maksud disini adalah Samarinda. Sebutan kota tepian kayaknya melekat banget sama kota yang satu ini. Mau di angkot, taksi, ojek, dan bajaj (oke sepertinya di Samarinda gak ada bajaj) ada ada stiker nempel di angkutan umum itu. Yang gua tanyain ketika nyampe di kota satu ini adalah kenapa bisa di sebut kota tepian. Apa mungkin kota ini suka ngeles sama mas aan? (mmm, tapi an ...). Oke gua gak sebodoh dan gak sejayus itu. Oke menurut analisa gua disebut kota tepian mungkin karena letaknya di tepian sungai Mahakam. Oke setau gua sungai Mahakam tuh sungai terpanjang kedua di Indonesia (setau gua lho yaa). Oke disini gua bukan mau cerita tentang mahakamnya, tapi tepiannya. Setelah gua telaah dan gua pahami ternya tepian bukan hanyalah sebuah kata, tapi ada maknanya. Maknanya adalah Tepian : Teduh, rapi, dan aman.
Oke kenapa bisa Teduh, rapi dan aman. Padahal menurut gua tuh Samarinda tuh panas, berantakan tata kotanya, tambang batu bara berkarung ada dimana mana di kotanya, karena tambang yang ada dimana mana tadi tuh bikin Samarinda tuh rusak banget alamnya sama bikin berdebu banget nih kota. Jadi teduh, rapi dan aman dari mananya? Mungkin teduh kalo lagi mendung, rapi kalo lagi ada kunjungan, aman kalo lagi gak ada maling.
Yaa sebaiknya negara ini harus mengurangi budaya pencitraan. Yaa emang pencitraan itu penting tapi harus dimbangi dengan action untuk menanggung jawabkan citra itu. Jangan nutupi fakta buat memperbaiki citra. Jadi gak sekedar citra dengan omong kosong doang, tapi harus citra yang sesuai dengan realita. (sory kalo gua cuma bisa komentaaar).